Osilasi adalah variasi periodik terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran, contohnya pada ayunan bandul. Istilah vibrasi
atau getaran sering digunakan sebagai sinonim osilasi, walaupun
sebenarnya vibrasi merujuk pada jenis spesifik osilasi, yaitu osilasi
mekanis. Osilasi tidak hanya terjadi pada suatu sistem fisik, tapi bisa
juga pada sistem biologi dan bahkan dalam masyarakat. Osilasi terbagi menjadi 2 yaitu osilasi harmonis sederhana dan osilasi harmonis kompleks. Dalam osilasi harmonis sederhana terdapat gerak harmonis sederhana.
Untuk istilah dalam hasil pengukuran kelistrikan, osilasi dapat
disebut flicker atau gangguan yang mengubah bentuk gelombang menjadi
rusak/cacat.
Jumat, 28 Februari 2014
Elastisitas dan Hukum Hooke
Elastisitas dan Hukum Hooke. Dalam fisika, elastisitas adalah kemampuan suatu zat padat
untuk kembali ke bentuk awal setelah setelah mendapat gangguan luar yang
diterapkan dan kemudian dihilangkan. Sebuah objek dengan tingkat tinggi
elastisitas mampu untuk memiliki banyak perubahan bentuknya, dan masih bisa
kembali ke bentuk aslinya. Zat padat dengan sedikit atau tanpa elastisitas baik
menjadi cacat permanen atau pecah ketika sebuah gaya yang diterapkan kepada
mereka. Elastisitas jangka panjang juga dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan proses atau sistem untuk meregangkan atau bersikap fleksibel.
Karena molekul membentuk zat padat,
cairan, dan gas, mereka semua bereaksi secara berbeda terhadap tekanan luar.
Molekul-molekul yang membentuk zat padat sangat dekat bersama-sama dan
ditemukan dalam susunan yang tepat. Ini berarti bahwa ada sedikit ruang untuk
memberikan ketika gaya diterapkan untuk suatu padatan. Molekul-molekul cairan
dan gas adalah menyebar yang terpisah lebih lanjut, dan bergerak lebih bebas
daripada padatan. Ketika sebuah gaya yang diterapkan untuk cairan dan gas, mereka
dapat mengalir di sekitar gaya, atau akan dikompresi, atau tidak seperti
kebanyakan padatan.
Ada tiga kelas yang berbeda gaya,
atau tegangan, yang dapat mempengaruhi benda padat. Yang pertama adalah
tegangan, juga disebut regangan, yang terjadi ketika gaya yang sama tetapi
berlawanan diterapkan pada kedua ujung objek. Kompresi merupakan jenis yang
kedua tegangan, yang terjadi ketika sebuah benda yang diletakkan di bawah
tekanan, atau gaya dorong pada zat padat ini di 90 derajat ke permukaannya.
Bayangkan seperti meremukan gulungan kertas kosong diantara tangan Anda dengan
tangan Anda di kedua ujung. Jenis terakhir dari tegangan adalah geser, yang
terjadi ketika gaya tersebut sejajar dengan permukaan benda.
Awalnya, ketika gaya apapun
diterapkan untuk suatu zat padat, hal itu akan menolak dan tetap dalam bentuk
aslinya. Ketika gaya meningkat, padat tidak akan mampu mengimbangi perlawanan
dan akan mulai berubah bentuk, atau menjadi cacat. Sama seperti berbagai jenis
zat padat yang memiliki sifat elastis yang berbeda, mereka juga dapat menahan
berbagai tingkat kekuatan sebelum terpengaruh. Akhirnya, jika gaya adalah cukup
kuat, bentuk cacat akan menjadi permanen atau padatan akan pecah.
Ini adalah jumlah gaya yang
diterapkan pada suatu objek, bukan durasi, yang akan menentukan apakah ia dapat
kembali ke bentuk semula. Ketika padat tidak dapat kembali ke bentuk aslinya,
dikatakan telah melewati batas elastis. Batas elastis adalah jumlah
maksimum tegangan yang dapat dialami oleh padatan yang akan memungkinkan untuk
kembali ke normal. Batas ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan.
Misalnya karet gelang memiliki elastisitas tinggi, dan dengan demikian batas
elastis tinggi dibandingkan dengan batu bata beton, yang hampir tidak elastis
dan memiliki batas elastis yang sangat rendah.
Seperti disebutkan di atas, untuk
deformasi kecil, bahan yang paling elastis seperti pegas menunjukkan
elastisitas linier dan dapat dijelaskan oleh hubungan linear antara tegangan
dan regangan. Hubungan ini dikenal sebagai hukum Hooke. Sebuah versi
geometri tergantung terhadap gagasan pertama kali dirumuskan oleh Robert Hooke
pada tahun 1675, hubungan linear sering disebut sebagai hukum Hooke. Hukum ini
dapat dinyatakan sebagai hubungan antara gaya F dan perpindahan x,
F
=-k x,
di mana k adalah konstanta yang
dikenal sebagai tingkat atau konstanta pegas.
Hukum Gerakan Planet Kepler
Di dalam astronomi, tiga Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:
- Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
- Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
- Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.
Karya Kepler didasari oleh data pengamatan Tycho Brahe, yang diterbitkannya sebagai 'Rudolphine tables'. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi planet hasil pengamatan Brahe mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang tercantum di atas.
Hukum Kepler mempertanyakan kebenaran astronomi dan fisika warisan zaman Aristoteles dan Ptolemaeus. Ungkapan Kepler bahwa Bumi beredar sekeliling, berbentuk elips dan bukannya epicycle, dan membuktikan bahwa kecepatan gerak planet bervariasi, mengubah astronomi dan fisika. Hampir seabad kemudian, Isaac Newton mendeduksi Hukum Kepler dari rumusan hukum karyanya, hukum gerak dan hukum gravitasi Newton, dengan menggunakan Euclidean geometri klasik.
Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-benda yang mengorbit Matahari, yang semuanya belum ditemukan pada saat Kepler hidup (contoh: planet luar dan asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua benda kecil yang mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek seperti gesekan atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh: prosesi preihelion merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil hitungan tidak akurat dalam berbagai keperluan.
Animasi dari
gerak Kepler
Pengenalan Tiga Hukum Kepler
Secara Umum
Hukum hukum ini menjabarkan gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Massa dari kedua badan ini bisa hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto (~1:10), proporsi yang kecil, sebagai contoh. Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—Matahari (~1:10,000,000).Dalam semua contoh di atas, kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat massa, barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua orbit itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar, sebagai contoh planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek yang besar, dekat di titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi canggih untuk mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar. Jadi, hukum Kepler pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi Matahari.
Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak mengenal generalitas hukumnya, artikel ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.
Hukum Pertama
Figure 2: Hukum
Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips.
"Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di
salah satu fokusnya."
Pada zaman Kepler, klaim di atas
adalah radikal. Kepercayaan yang berlaku (terutama yang berbasis teori
epicycle) adalah bahwa orbit harus didasari lingkaran sempurna. Pengamatan ini
sangat penting pada saat itu karena mendukung pandangan alam semesta menurut
Kopernikus. Ini tidak berarti ia kehilangan relevansi dalam konteks yang lebih
modern.Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar planet planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dibilang mengaproksimasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari pengamatan jalan edaran planet, tidak jelas kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Kepler, orbit-orbit itu adalah elips, yang juga memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari Matahari untuk memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh, Pluto, yang diamati pada akhir tahun 1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan kecil ukurannya.
Hukum Kedua
Figure 3:
Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat di dekat
Matahari dan lambat di jarak yang jauh. Sehingga, jumlah area adalah sama pada
jangka waktu tertentu.
"Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu
sama."
Secara matematis:Hukum Ketiga
Planet yang terletak jauh dari Matahari memiliki perioda orbit yang lebih panjang dari planet yang dekat letaknya. Hukum Kepler ketiga menjabarkan hal tersebut secara kuantitatif.
"Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak
rata-ratanya dari Matahari."
Secara matematis:Konstant proporsionalitasnya adalah semua sama untuk planet yang mengedar Matahari.
Sejarah
Pada tahun 1601 Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada data-data posisi Planet Mars yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe. Hingga tahun 1606, setelah hampir setahun menghabiskan waktunya hanya untuk mencari penyelesaian perbedaan sebesar 8 menit busur (mungkin bagi kebanyakan orang hal ini akan diabaikan), Kepler mendapatkan orbit planet Mars. Menurut Kepler, lintasan berbentuk elips adalah gerakan yang paling sesuai untuk orbit planet yang mengitari matahari. Pada tahun 1609, dia mempublikasikan Astronomia Nova yang menyatakan dua hukum gerak planet. Hukum ketiga tertulis dalam Harmonices Mundi yang dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.
Langganan:
Postingan (Atom)